Akhir abad 19 sampai awal abad 20, tidak sedikit perguruan tinggi islam yang berdiri baik yang memiliki visi dan misi islami ataupun yang berpura-pura Islami. Ditinjau dari perkembangannya, perguruan tinggi Islam memang sangat dibutuhkan menjadi alternatif bagi para lulusan SMA yang haus akan ilmu agama, karena sewaktu SMA hanya mendapat mata pelajaran agama 2 jam dalam seminggu. Memprihatinkan memang. Akan tetapi, label “Islam” yang tertera pada perguruan tinggi tersebut tidak serta merta sesuai dengan visi besar islam yaitu yang membawa damai dan sejahtera dengan syariat. Apa alasannya ?, beberapa contoh yang bisa dijadikan cerminan dari makin “anehnya” perguruan tinggi islam ada di IAIN Bandung. Lebih parahnya, kejadian aneh itu terjadi pada fakultas ushuluddin yang seharusnya menjadi dan mencetak dai-dai penyeru keselamatan. Tepatnya pada tanggal 27 september 2004, ketika masa OSPEK pada institusi ini, seorang panitia OSPEK mengatakan “Selamat datang di area bebas tuhan”.
Hal-hal yang seperti ini terjadi
mulai dari mahasiswa fakultas islami sampai kepada para cendekiawan muslim yang
silau dengan kemajuan teknologi bangsa barat dewasa ini. Akhirnya,
metode-metode yang dipakai barat diterapkan pula di bangsa yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Sebenarnya, tidak masalah apabila metode yang
diterapkan itu baik dan bermanfaat. Namun, metode yang diterapkan di fakultas
islam/IAIN adalah racun-racun yang berselimut dalam istilah-istilah yang ilmiah
yang pada hakikatnya adalah tipuan dan omong kosong belaka. Salah satu metode
yang berbahaya dan sekarang menjadi kesukaan para fakultas ushuluddin atau
tafsir quran adalah hermeneutika.
Apa yang disebut hermeneutika ?
darimana asal kata itu bermula ?
Hermeneutika
berasal dari nama seorang dewa yunani yaitu Hermes. Hermes adalah dewa yang
bertugas menyampaikan dan menerjemahkan titah dari zeus (sebagai dewa diatas
dewa) di gunung olympus untuk umat manusia agar ucapan zeus dimengerti oleh
manusia pada umumnya. Ketika hermes menyampaikan titah zeus, hermes hanya menyampaikan
makna yang terkandung dalam ucapan zeus, jadi apa yang disampaikan bukan kata
per kata akan tetapi makna permakna. Metode yang dipakai oleh hermes ini di
adopsi oleh bangsa romawi dalam penafsiran injil. Pada zaman romawi kuno,
penafsiran injil hanya dilakukan didalam gereja dan hanya diketahui oleh para
uskup agung. Ternyata menurut para ilmuwan dan sejarawan, tafsir-tafsir yang
dilakukan oleh gereja banyak yang menyimpang karena tidak sesuai dengan kata
yang tertera dalam alkitab itu sendiri. Para uskup gereja bukan tidak memiliki
alasan menggunakan metode hermeneutika. Para uskup melakukan hal itu karena
mereka kehilangan teks asli dari alkitab yang mereka yakini, akhirnya yang
mereka lakukan adalah menerjemahkan makna dari kalimat yang tertulis didalam
alkitab. Hal ini dilakukan sampai hari ini, bisa kita lihat pembaruan alkitab
yang terbit dari tahun 1970-2012, sangat berbeda dalam gaya bahasa dan tulisan
kata perkata.
Sebuah kebodohan apabila
hermeneutika diadopsi oleh Islam. Karena kaidah tafsir quran sudah dirumuskan
oleh para mufassir yang terjamin keilmuannya tidak seperti para orientalist
yang memang belajar islam untuk menghancurkan islam lewat dalam. Hermeneutika
bertentangan dengan islam karena hermeneutika adalah tafsir yang menjelaskan
teks tanpa dalil, bahkan kebanyakan menjauh/menyimpang dari arti sebenarnya.
Karena itulah hermeneutika haram dalam islam.
Label:
Dunia Islam
Responses
0 Respones to "Hermeneutika dalam pandangan Islam"